Quantcast
Channel: Kalender Bali
Viewing all 668 articles
Browse latest View live

Ngelawang, Diadopsi dari Tradisi Sirkus China, Ini Sejarahnya

$
0
0

BALI EXPRESS, DENPASAR – Jika dilihat dari sejarahnya, Ngelawang dikatakan Prof Bandem ada kaitannya dengan tradisi sirkus China yang dipentaskan oleh pedagang China pada masa Dinasti Tan antara rentang waktu abad ke VII sampai dengan abad ke X.

Pada masa itu, China dikatakan Pengamat Budaya Prof Made Bandem adalah pusat dari perdagangan dunia, dimana para pedagang yang berasal dari China sering melakukan perjalanan dari China ke India dan melalui Indonesia mulai dari Kalimantan, Sulawesi hingga mampir ke Bali. “Selama berdagang ini, para pedagang China memang sering melakukan pementasan Barong Macan dengan tujuan untuk mencari uang untuk bekal perjalanan,” jelasnya.

Pementasan tersebut dikatakan Bandem lambat laun mulai ditiru oleh masyarakat Bali pada masa itu, namun lakon yang dipentaskan disesuaikan dengan lakon lokal yang berkembang di dalam budaya Masyarakat Bali, dan aktivitas ini secara turun temurun tetap dilakukan dengan baik.

Untuk pementasan ngelawang di Bali, ditekankan Prof Bandem lebih cenderung berpatokan pada fungsi spiritual dari ngelawang tersebut yakni sebagai pengeruwat bumi dari kekuatan Bhuta Kala yang dilakukan selama rentang waktu tertentu yakni Buda Kliwon Dunggulan dan berakhir pada Buda Kliwong Pahang.

“Ngelawang dalam budaya Bali, tidak boleh dilakukan setiap hari, karena kegiatan Ngelawang di bali identik dengan aktivitas ritual keagamaan,” paparnya.

Selain dari segi sejarahnya ngelawang yang bisa menerima upah yang diadopsi dari budaya pementasan sirkus China pada abad VII sampai dengan Abad X, adapun fungsi lain dari ngelawang yakni sebagai fungsi pendidikan kepada anak-anak.

Dimana aktivitas ngelawang ini identik dengan anak-anak, karena penari dan penabuhnya lebih cenderung melibat anak-anak usia sekolah. “Biasanya serangkaian Hari Raya Galungan, anak-anak sekolah kan libur, jadi untuk mengisi waktu libur ini, dibentuklah kelompok ngelawang,” lanjutnya.

Dalam kelompok ngelawang ini, anak-anak tersebut dikatakan Bandem akan dilatih untuk mengenal kesenian daerahnya. Karena selain belajar mengenai kesenian daerahnya, dalam kelompok ini, naak-anak ini juga bisa bermain untuk mengisi waktu liburan.

Hal ini dikatakannya juga bisa membangkitkan bakat melalui sistem pendidikan tradisional di desa untuk mendidik anak-anak untuk mencintai keseniannya.

(bx/gek/bay/yes/JPR) –sumber


PERTUMBUHAN KESADARAN “melakukan kebaikan yg tulus”

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Semeton Hindu yg terhormat, Ketekunan kita untuk tulus melakukan banyak perbuatan kebaikan untuk orang lain atau mahluk lain, memiliki daya angkat yang sangat kuat untuk merubah dan mengangkat naik kesadaran kita.
Dengan tahap-tahap pertumbuhan sebagai berikut :

1. Pada awalnya perbuatan kebaikan yang tulus dan tekun kita lakukan untuk orang lain atau mahluk lain, membuat kita belajar untuk melepaskan, terutama karena nanti disaat kematian semua manusia tidak punya pilihan lain selain
mutlak harus melepaskan semuanya.

2. Begitu melakukan perbuatan kebaikan untuk orang lain atau mahluk lain menjadi suatu kebiasaan, melakukan kebaikan itu menjernihkan dan mendamaikan pikiran-perasaan kita di dalam diri.

3. Pada puncaknya, ketekunan ketulusan dan ketekunan kita untuk melakukan perbuatan kebaikan untuk orang lain atau mahluk lain, akan menghantarkan kita menemukan pencerahan.

Demikianlah tahapannya dan hal ini akan terjadi hanya dengan TEKUN melakukan kebaikan yang tulus. Pengetahuan saja tidak begitu bernilai tanpa menerapkannya. Semoga bermanfaat.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

MENYATU DENGAN SAAT INI “membangkitkan kesadaran”

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Semeton Hindu yg terhormat, hidup yg sebenarnya adalah saat ini, bukan masa lalu atau masa depan. Jagalah selalu kesadaran diri berada di saat ini. Hiduplah disaat ini.

Masa lalu adalah kenangan tdk bisa kita mengulang kembali. Yang tersisa hanya pelajaran yg dapat diambil. Kesadaran utk hidup di saat ini akan membuat diri mengalir dgn aliran kehidupan bukan terhenti di masa lalu. Terlalu lama mengenang masa lalu membuat kesadaran tidak berkembang dan gelap.

Masa depan adalah tidak pasti. Sebaik apapun rencananya tetap ada ruang ketidakpastian. Jadi membawa kesadaran ke masa depan hanya sebuah khayalan. Kesadaran tertutup kekecewaan saat masa depan tdk sesuai rencana. Hiduplah di saat ini, buat rencana lakukan yg terbaik di saat ini, apapun hasilnya syukuri sebagai berkah semesta.

Menerima, menyatu dgn utuh atas kehidupan di saat ini membangkitkan kesadaran diri untuk mengalir dgn aliran semesta. Aliran yg selaras membawa kedamaian. Bercahaya kesadaran diri itu.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

YADNYA TANPA MENGHARAPKAN HASIL

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Ritual Hindu beraneka ragam bentuk dan warnanya. Dari kecil sampai besar, sederhana sampai mewah. Hindu memang tdk pernah kaku dalam ritual nya.

Terkadang ritual Hindu tampak melelahkan, memboroskan, dan tidak masuk akal. Namun sekian umat melaksanakan ritual jarang yg mempermasalahkan hasil. Yang ada umat lebih khawatir akan lengkap dan tuntas tidaknya ritual tersebut. Cara melakukan ritual ini begitu indah.

Pesannya di dalam ” melakukan kewajiban sebaik baiknya dan apapun hasilnya disyukuri saja”.
Bukankah begitu yg disebutkan oleh Sang bhagawad gita ?!

Om Santih Santih Santih Om

Foto by : @yudiana_krenteng –sumber

MENGHADAPI BLACK MAGIC DENGAN BELAS KASIH

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

1] Di alam ini tidak ada pelindung niskala yang lebih kokoh, lebih hebatdan lebih bercahaya dari kekuatan belas kasih.

Ketika kita merasa diserang oleh kekuatan kegelapan, jangan pernah terpancing untuk marah atau takut. Belajarlah untuk bersikap baik hati terhadap kekuatan kegelapan. Sadari secara mendalam, bahwa mereka memasuki kegelapan disebabkan karena mereka ditenggelamkan oleh kesengsaraan. Pahami kesengsaraan mereka, kemudian pancarkan cahaya pengertian dan belas kasih mendalam. Dengan cara ini, kita sudah menjadi pembawa cahaya yang menerangi dunia.

Jika kita merasa dikirimi black magic oleh seseorang, pancarkan cahaya pengertian dan belas kasih mendalam kepada orang yang mengirim. Kemudian ucapkan namanya dalam doa dan doakan
agar perjalanannya selamat. Dalam terangnya cahaya belas kasih mendalam, kegelapan manapun pasti akan pudar menghilang.

2] Bhakti mendalam kepada Ista Dewata yang secara karma dekat dengan kita, sebagai pengayom dan
pelindung utama kita.

Misalnya [contoh] Dewa Shiwa adalah Ista Dewata kita. Ketika ada bahaya serangan black magic,
atau ada terasa datangnya bahaya yang tidak bisa dijelaskan, lakukan hal sebagai berikut.

=== Cepat melakukan puja sembah di depan simbol-simbol Dewa Shiwa [foto, lukisan, arca, dsb-nya] dengan penuh keyakinan serta tanpa keraguan.
=== Lakukan dhyanawidhi [memvisualisasikan] kehadiran Dewa Shiwa. Yakini seyakin-yakinnya
[sraddha bhakti] kalau Dewa Shiwa hadir di hadapan kita.
=== Begitu wajah Dewa Shiwa muncul dalam visual kita, namaskara dengan penuh keyakinan ucapkan
mantra “Om Namah Shiwaya” [saya berlindung kepada Dewa Shiwa].
Itulah yang disebut dengan cara penanganan di dalam menghadapi serangan black magic dengan
jalan belas kasih.

Jika kita tulus dan sungguh-sungguh melakukan semua 2 [dua] tindakan tersebut, maka apapun bentuk serangan yg datang tidak akan mengenai kita.

Om Santih Santih Santih Om

Disarikan dari,
Buku : Bali Dwipa, catatan spiritual di tanah sakral
Oleh : I Nyoman Kurniawan –sumber

Keterikatan Bikin Ketakutan, Kematian Bukan Proses Akhir

$
0
0

BALI EXPRESS, DENPASAR – Tantra adalah praktik mengalami, sedangkan laku adalah kitab agemannya, dan suara alam merupakan kidung dari bait-bait ayat sucinya. Jadi, ajaran di dalamnya lebih menekankan pada proses, dan hasil bukan menjadi hal yang penting.

Peneliti Budaya dan Penulis Buku Tantra, Ketut Sandika, S.Pd.,M.Pd, mengatakan, diri yang selalu tertuju pada hasil, niscaya mendatangkan keterikatan. Bagaimanapun keterikatan akan membawa diri pada penderitaan. Dan, menjalani proses adalah upaya untuk mengalami guna membebaskan diri dari segala ikatan itu.

“Ketakutan adalah ikatan yang disebabkan oleh diri yang selalu melihat hasil dari sebuah proses. Takut akan kematian, sebab diri selalu memandang kematian akhir dari sebuah proses kehidupan. Padahal, kematian bukan hasil akhir, tetapi bagaimana jiwa berproses dalam menjalani kelahirannya,” terang
pria kelahiran Klungkung, 11 Februari 1988 ini kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Denpasar, pekan kemarin.

Takut akan rasa sakit, entah sakit fisik, hati, dan lainnya, lanjutnya, dikarenakan diri selalu memandang hasil dari sakit adalah kematian, sakit itu duka, sakit itu sedih, sakit menderita dan seterusnya. Padahal, sakit mesti dialami sebagai sebuah proses, sehingga ada penikmatan dengan kesadaran penuh.
“Takut kehilangan, sebab diri terikat akan kepemilikan. Padahal, kehilangan adalah proses dari kewajaran, sebab semua yang kita miliki adalah sementara. Bahkan dalam Tantra, keakuanlah yang menyebabkan kita merasa memiliki. Jika Tuhan ada, menyusupi, menggerakkan yang bergerak dan tidak pada semuanya, lantas siapa yang memiliki apa,” beber pria kalem yang juga peneliti budaya ini.

Ditegaskan I Ketut Sandika, semua ketakutan itu hendaknya dialami, dan bukan untuk dihindari. Masuklah ke dalam ketakutan itu lebih dalam. “Jalani semua ketakutan itu sebagai sebuah proses pematangan diri, juga proses diri untuk mengenali ketakutan itu. Sehingga kita bisa memeluknya erat-erat dan menjadikannya sahabat hidup yang terbaik, yang pada akhirnya
tidak akan ada ketakutan lagi,” sarannya.

Transformasi kesadaran muncul, lanjut Sandika, akan menjadikan ketakutan sebagai kekuatan untuk welas asih pada diri dan semuanya.

Dosen Ilmu Yoga dan Kesehatan IHDN Denpasar dan IKIP PGRI Bali ini, menegaskan, ketakutan diciptakan sendiri dalam ruang pikiran, di mana ruang pikiran berada di wilayah emosi.
Dicontohkan Sandika, seseorang takut jika makan kekenyangan, bila tidak makan takut lapar. Padahal, makan sesungguhnya bukan urusan kenyang dan lapar, tetapi bagaimana memelihara raga sarira untuk menopang jiwa.

Dalam Tantra, lanjutnya, pikiran dan emosi terbentuk dari rajutan Prakerti, yang berarti ia ada hanya sementara dan nirkekal. Jadi, memasukinya lebih dalam adalah untuk mengenali reaksi pikiran, guna mengetahui akar dari ketakutan.

“Jika takut mati, berarti pikiran telah memproyeksikan bahwa kematian adalah mengerikan. Jika, kita memasuki lebih dalam ketakutan itu, maka kematian tidaklah mengerikan. Kematian justru menggembirakan, sebab ada keajaiban di sana. Ada kebahagiaan, di mana jiwa terlepas dari kungkungannya. Begitu juga ketakutan kita yang lainnya,” kata Sandika.

Dengan demikian, lanjutnya, akar dari ketakutan adalah proyeksi pikiran yang keliru dalam memahami suatu hal. “Pengetahuan kita yang keliru dalam memandang kematian, kehidupan, sakit, usia tua, kepemilikan dan lainnya, efek dari terlalu sering mengandalkan pikiran, bukan hati,” ujarnya.
Ditegaskannya, dalam Tantra, alami dan masuki ketakutan dengan hati, maka pengetahuan yang benar tentang ketakutan akan dialami. “Inilah disebut jalan Samyak Jnana atau jalan mengetahui pengetahuan rasa sejati dalam Tantra,” pungkasnya.

(bx/rin/ima/bay/yes/JPR) –sumber

KEINDAHAN DI DALAM

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Malam kemarin seorang tamu german bercerita tentang pengalamannya di Bali. Di tengah kemacetan jalan di Ubud Bali siang itu dia melihat kendaraan saling serobot tdk ada yg mengalah. Namun jalan tetap lancar walau padat merayap.

Saat dia lihat kendaraan orang Bali saling beradu mencari jalan ditengah kemacetan ternyata tidak ada pertengkaran yg terjadi. Katanya kalau di negara nya pasti sudah saling teriak. Di Bali apa yg terjadi orang malah senyum dan saling memberi jalan. Dia merasa heran walaupun macet tapi tetap damai.

Kesimpulan dia berkata, ternyata tidak hanya alam Bali yg indah namun hati orang Bali juga indah. Sayapun tertegun mendengarnya. Akankah keindahan di dalam diri tetap terjaga ?

Om Santih Santih Santih Om –sumber

TATA CARA MENYANTAP MAKANAN

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Lakukanlah hal-hal sebagai berikut untuk mengembangkan belas kasih kepada semua mahluk, untuk menaikkan tingkat kesadaran kita, serta untuk memupuk karma baik. Ikuti petunjuk sebagai berikut.

1]. Ambil sikap namaskara [kedua telapak tangan dicakupkan di dada] di depan makanan. Lakukan dhyanawidhi [membayangkan] bahwa kita bisa makan makanan tersebut berkat belas kasih dan kebaikan banyak sekali mahluk. Petani rela hidup dalam kemiskinan agar kita bisa makan. Binatang dan tumbuhan rela memberikan hidupnya agar kita bisa makan. Dsb-nya.

2]. Niatkan untuk membalas kebaikan mereka melalui doa. Mohonkan kepada Dewa Shiwa agar memberikan perlindungan dan naungan untuk mereka semua dalam siklus samsara ini. Setelah itu ucapkan mantra “Om Namah Shivaya” sebanyak 3 [tiga] kali.

3]. Ganti namaskara dengan mudra amusti karana, kemudian ucapkan mantra “Om anugraha Amritadi
Sanjiwani ya namah swaha”, untuk memurnikan makanan tersebut.

4]. Masukkan ke mulut sendok makan pertama sambil ucapkan mantra “Om Namah Shivaya”. Ini kita
lakukan sampai dengan sendok makan ketiga. Setelah itu makan seperti biasa.

Om Santih Santih Santih Om

Disarikan dari,
Buku : Bali Dwipa, Catatan spiritual di pulau sakral
Oleh : I Nyoman Kurniawan –sumber


MATSARYA

$
0
0

“Penyakit Irihati di obati dgn kasih sayang”

Om Swastiastu,
Setiap manusia memiliki sifat sifat pikiran negatif dalam dirinya. Bahkan di sastra disebutkan sebagai musuh di dalam diri yaitu sad ripu.

Pikiran iri hati adalah pikiran yg paling kotor. Iri hati sangat merusak kesadaran kita. Pengaruh iri hati membuat kita berpikir dan berbuat yg tidak baik. Penyakit Ini dapat membuat kita berkarma buruk.

Obat spiritual yg paling baik adalah tekun melatih diri melakukan Sadana Mudita yaitu bahagia melihat orang lain bahagia, termasuk orang yang menyakiti kita ataupun musuh kita.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

TIDUR YANG INDAH

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Dharma mengajarkan belas kasih yg mendalam, meski kesibukan orang di jaman ini selalu sempatkan melakukan belas kasih walaupun sekedar doa.

Saat waktunya beristirahat malam ada baiknya kita berdoa dan bersyukur atas apa yg sudah kita lalui hari ini. Lakukan dhyanawidhi ista Dewata yg dekat dengan kita. Sikap tangan namaskara. Sambil membayangkan segala peristiwa yg terjadi hari ini ucapkan mantra ista dewata. Misalnya contoh mantranya Dewa Siwa : ” Om Nama Siwaya”.
Dengan penuh suka cita dan rasa syukur yg mendalam atas berkah Semesta di hari ini. Setelah cukup tutup dgn Santih mantra untuk kedamaian.

Satu hal lagi, meminjam pesan guruji gede perama “Selalu sempatkan waktu untuk mendoakan jiwa orang yg melukai agar selamat di sepanjang perjalanan. Yang paling pertama selamat adalah jiwa anda”. Astungkara dapat beristirahat dgn tenang di malam ini. Rahayu.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

KRODHA

$
0
0

KRODHA
“Kemarahan diobati dgn kasih sayang, belas kasih, dan keikhlasan”

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Diskusi di group Hindu umumnya bicara tentang Tuhan, Dewa, dsb yg bersifat ke luar diri. Jarang yg membahas ajaran ajaran ke dalam diri seperti sad ripu, dsb.

Padahal dgn mempelajari dan berlatih ke dalam justru akan lebih baik saat diskusi ke luar. Paling tidak kita siap dgn perbedaan yg ada sekalipun musuh dalam diri terpancing utk bangkit oleh diskusi yg terjadi. Mujur nya lagi, berlatih ke dalam kita terhindar dari berkata dan berbuat karma buruk dari kurangnya pengendalian diri.

Sebagai contoh kroddha atau kemarahan adalah salah satu bagian dari sad ripu. Pikiran kemarahan selalu ada di dalam diri. Kalau tidak diobati kemarahan dapat membuat kita berkarma buruk saat diskusi tentang Tuhan tidak sesuai dgn yg kita harapkan atau ada yg menentang keyakinan kita tentang Tuhan.

Obat spiritual yang paling baik mengobati krodha adalah dengan tekun melakukan praktek Sadana maitri(kasih sayang), Karuna(belas kasih, kebaikan) dan lascarya (kerelaan/keiklashan). Dengan cara ini astungkara terhindar dari krodha saat berdiskusi atau pun yg lainya. Rahayu.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

LOBHA

$
0
0

“Keserakahan diobati dengan cara bersyukur”

Salah satu musuh di dalam diri adalah keserakahan. Keinginan untuk memiliki lebih dari apa yg kita miliki. Sudah punya satu ingin punya dua, begitu seterusnya. Jika ini kita ikuti apalagi sampai melakukan cara-cara yang bertentangan dengan dharma. Tidak hanya kesengsaraan yg akan kita terima sudah pasti karma buruk menimpa kita.

Sudah dapat gaji cukup, ingin lebih, membuat kita korupsi, tentu penjara menanti. Demikianlah kita sebaiknya mengenali pikiran lobha ini dan segera menanggulanginya.

Obat spiritual yg paling baik adalah menjalankan dengan tekun Sadana Santosa(bersyukur). Hanya syukur yg mendalam yg akan menghentikan lobha di dalam diri. Jadi apapun berkah Semesta syukuri apa adanya.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

PRAKTEK SPIRITUAL YANG UTUH

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Praktek spiritual Dharma tidak selalu hanya sibuk dgn upacara saja, tidak hanya sibuk menguasai hal gaib saja, tidak hanya sibuk memperdalam ilmu kewisesan saja. Namun praktek spiritual Dharma juga memuat praktek moral yg baik. Sadana Spiritual memang penting tapi tanpa memiliki moral yg baik hal itu kurang lengkap.

Meditasi, Sembahyang, dan melakukan upacara memang baik adanya merupakan kewajiban Dharma. Namun jangan lupakan Sadana Sila yaitu praktek Dharma yg membuat kita memiliki moral yg baik. Tanpa sila meditasi hampa dan kurang mendalam. Seberapa khusuk pencapaian meditasi atau sembahyang belum mampu membawa kesadaran tanpa melakukan sila yg baik. Meditasi yg sesungguhnya ada dalam praktek sila. Bagaimana kita bisa selalu bertingkah laku yg bermoral dan fokus dalam belas kasih dalam kehidupan adalah meditasi di kehidupan ini.

Meditasi, sembahyang atau upacara dilengkapi dgn Sadana Sila bagaikan rumah yg lengkap pondasi kuat dan bangunannya indah. Tanpa sila meditasi bagaikan bangunan tidak berpondasi sehingga mudah roboh. Begitu juga sebaliknya Sila tanpa Meditasi maka pondasi tanpa bangunan. Melaksanakan keduanya dgn utuh maka astungkara mencapai kesadaran Atma yg sempurna. Rahayu.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

BINGUNG

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Jaman yg penuh kegelapan ini banyak orang mengalami kebingungan. Orang yg tekun dalam menjalani Dharma sekalipun tidak lepas dari pengaruh kebingungan. Bahkan orang banyak tak menyadari dirinya telah dibingungkan oleh dunia.

Apa yg diyakini benar ternyata masih ada celah ketidak benaran. Apa yg diyakini baik ternyata tidak selamanya baik. Apa yg diyakini membahagiakan ternyata masih bisa membuatnya sedih. Kegelapan berada dimana mana sehingga orang meraba raba dalam suasana hati yang membingungkan.

Apa yg menyelamatkan yg bisa dilakukan ? Berharap sinar matahari adalah kebenaran maka saat malam datang diapun menghilang. Nyalakan matahari didalam hati. Sinarnya tidak pernah padam. Jangan pernah bingung dgn cahaya lembutnya. Biarlah lentera kecil menuntun ke jalan terang tanpa kebingungan. Dia yg didalam mengatakan bahwa supaya terhindar dari bingung tetaplah terjaga dan perhatikan langkah kita sedikitnya agar terhindar dari perbuatan : menyakiti, menghakimi, dan menyalahkan.

Dengan cara begini kegelapan jaman dapat diterima dengan utuh dan tidak akan bingung melangkah dalam kegelapan yg menyelimuti.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

SLOKA SARASAMUSCAYA BERKAITAN DENGAN KARMA PHALA

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Setiap gerak atau perbuatan (karma) selalu menimbulkan akibat, subha karma adalah perbuatan baik, asubha karma adalah perbuatan buruk. Klasifikasi baik dan buruk hanya diberikan oleh manusia, sebab hanya manusialah yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk. Tentang hal ini kitab suci mengungkapkan:

Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe

Asubhesu samavistam subhesvevavakarayet ( SS.2 )

Risakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumawayaken ikang subhasubha karma, kuneng panentasakna ring subhakarma juga ikangasubhakarma, phalaning dadi wwang.

Terjemahan:
Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk, leburlah kedalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu; demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia.

Penjelasan :

Sebagaimana halnya manusia membedakan antara langit dan bumi, antara gelap dan terang, antara hitam dan putih, maka perbuatan dibedakan dalam baik dan buruk. Dualitas karma inilah yang membentuk alam semesta ini menjadi seimbang. Listrik memiliki
muatan positip dan negatif, jika salah satunya diputus maka lampu tidak akan menyala. Bahkan alam semesta inipun tercipta sebagai akibat dari kerja antara Purusa dengan Prakerti atau Cetana (kesadaran) dan Acetana (ketidaksadaran). Perpaduan yang dua menjadi satu inilah menimbulkan alam semesta dengan segala isinya. Dengan demikian maka perbuatan baik tidak akan pernah ada jika tidak ada perbuatan buruk.

Namun demikian kitab suci mengajarkan agar kita berbuat baik. Sebabnya adalah demikian:

Iyam hi yonih prathama yonih prapya jagatipate

Atmanam sakyate trutum karmabhih subhalaksanaih ( SS.4 )
Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, maka sadhanang subha karma hinganing kottamaning dadi wwang ika

Terjemahannya:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Dari sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :

1. Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma menjadi manusia.

2. Berbuat baik ( Subha karma ) adalah cara untuk melepaskan diri dari keadaan samsara ( punarbhawa ).

Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka kelahiranberikutnya akan meningkat kualitasnya. Demikian juga bila semasa hidupnyabanyak berbuat dosa maka kelahiran berikutnya akan menurun kualitasnya.Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlahir sebagai binatang atau tumbuhan.Oleh karena itu setiap menjalani kehidupan kewajiban manusia adalah untuk meningkatkan Subhakarma sehingga setiap kelahiran berikutnya bisa meningkat kualitasnya sampai akhirnya tujuan hidup yaitu moksartham jagathita tercapai.

Om Santih Santih Santih Om –sumber


KARMA PHALA, TRI KAYA PARISUDHA, DAN PUNARBAWA

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Karmaphala akan selalu melekat pada diri manusia, tak seorangpun dapat melepaskan diri dari kukum tersebut. Di dalam kitab sarasamuccaya disebutkan sebagai berikut

Yuvaiva dharmamasilah syadanityam khalu jivitam

Ko hi janati kadyadya mrtyusena patisyati ( SS.31 )

Matangnyan pengpongan wenangta, mangken rare ta pwa kitan lekasakena agawe dharmasadhana, apan anitya iking hurip, syapa kari wruha ri tekaning pati, syapa mangwruhan ri tekaning patinya wih

Terjemahan :

Karena itu, pergunakanlah sebaik – baiknya kemampuan yang ada sekarang selama anda masih muda, hendaklah anda lekas – lekas melakukan pekerjaan yang bersandarkan dharma, sebab hidup ini tidak tetap, siapa gerangan akan tahu tentang datangnya maut, siapa pula akan member- tahukan akan datangnya maut itu,

A dhumagrannivarttante jnatayah saha bandhavih

Yena taih saha genvyam tat karma sukrtam kuru ( SS.32 )

Apanikang kadang warga rakwa, ring tunwan hingan ikan pangateraken, kunang ikang tumut, sehayanikang dadi hyang ring paran, gawenya subhasubha juga, matangnyan prihena tiking gawe hayu, sahayanta anuntunaken ri pona dlaha

Terjemahan :

Karena kagum kerabat itu, hanya sampai di tempat pembakaran ( kubur ), batasnya mereka itu mengantarkan, adapun yang ikut menemani roh di akherat adalah perbuatan yang baik, ataupun yang buruk saja, oleh karena itu hendaklah diusahakan berbuat baik, yaitu teman anda yang menjadi pengantar ke akhirat kelak.

Dengan sepenuhnya menyadari bahwa setiap perbuatan dapat menimbulkan efek positif dan efek negatif maka agama Hindu mengajarkan karma patha yaitu sepuluh pengendalian hawa nafsu yang ditimbulkan oleh pikiran, perkataan, dan perbuatan. Adapun karmaphata diuraikan dalam Sarasamuscaya sloka 74, 75, dan 76.

Anabhidyam parasvesu sarvasatvesu carusam

Karmanam phalamastiti trividham manasa caret ( SS.74 )

Prawrttyaning manah rumuhun ajarakena, telu kwehnya, pratyekanya, si tan engine adengkya ri drbyaning len, si tan krodha, ring sarwa sattwa, si mamituhwa ri hana ning karmaphala, nahan tang tiga ulahaning manah, kahrtaning indriya ika

Terjemahan :

Tindakan dari gerak pikiran terlebih dulu akan dibicarakan, tiga banyaknya, perinciannya : tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak berikap gemas kepada segala mahluk, percaya akan kebenaran ajaran karmaphala, itulah ketiganya perilaku pikiran yang merupakan pengendalian hawa nafsu.

Asatpralapam parusyam paicunyamanrtam tatha

Vatvari vaca rajendra na jalpennanucintayet ( SS.75 )

Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratyekanya, ujar ahala, ujar aprgas, ujar picuna, ujar mithya, naha tang pat singgahananing wak, tan ujarakena, tan anggena – ngenan, kojaranya.

Terjemahan :

Inilah yang tidak patut timbul dari kata – kata, empat banyaknya, yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan bohong ( tak dapat dipercaya ), itulah keempat harus disingkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikir – pikir akan diucapkan.

Pranatipatam stainyam ca paradaranathapi va

Trini papani kayena sarvatah parivarjavet ( SS.76 )

Nihan yang tan ulahakena, syamatimati mangahalahal, si paradara, nahan tang telu tan ulahakena ring asing ring parihasa, ring apatkala, ri pangipyan tuwi singgahana jugeka.

Terjemahan :

Inilah yang tidak patut dilakukan : membunuh,mencuri, berbuat zina, ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok – olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malangm, keadaan darurat dalam khayalan sekalipu, hendaknya dihindari saja ketiganya itu.

Penjelasan :

Karmaphata diuraikan dalam Sarasamuscaya sloka 74, 75, dan 76, yang masing-masing menjelaskan tentang konsep Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir, berkata dan berbuat.

Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, yaitu :

1. Tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain;
2. Tidak bersikap gemas kepada semua mahluk;
3. Percaya pada kebenaran ajaran karmaphala.
Itu adalah ketiga perilaku pikiran yang merupakan pengedalian hawa nafsu ( SS.74 )

Inilah yang tidak patut timbul dari perkataan, yaitu :

1. Berkata kasar;
2. Berkata memfitnah;
3. Perkataan bohong ( tidak dapat dipercaya );
4. Berkata jahat.

Itu adalah keempat cara berkata yang harus disingkirkan, jangan diucapkan, jangan dipikirkan untuk diucapkan ( SS.75 )

Dalam tindakan berbuat, adapun hal yang tidak boleh dilakukan, yaitu :

1. Membunuh;
2. Mencuri.
3. Berbuat zina
Ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan kepada siapapun,baik secara berolok – olok,bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun, hendaknya hindari saja ketiganya itu ( SS.76 )

Adapun pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan merupakan kunci keberhasilan dari umat Hindu menuju Jagadhita-moksa. Menuju kebahagiaan jasmani dan rohani. Menuju kedamaian yang selama ini kita tinggalkan. Kita merasa mengejar “si damai” itu namun kita tak pernah sampai, karena lebih banyak menggunakan lidah daripada tindakan. Jika menginginkan kedamaian bertapalah dalam segala pikiran, perkataan dan perbuatan, untuk meminimalkan segala kejahatan, segala keburukan yang tidak mengenakkan. Jika hal ini tidak dilaksanakan sebagai karma yoga, maka bersiaplah menuju Jagadbhuta-moha, sudah pasti hanya kehancuran, penderitaan dan kesengsaraan yang tiada akhir yang akan dijumpai.

Asing sagawenya dadi manusa

Ya ta mingetaken de Bhatara Widhi

Apan sire pinaka paracaya Bhatara

Ring cubhacubha karmaning janma

( Wrhaspati Tattwa 22 )

Artinya : Segala apa yang diperbuat di dalam menjelma menjadi manusia, itulah yang dicatat oleh Ida Sang Hyang Widhi, karena Dia sebagai saksi baik buruk perbuatan manusia.

Bhatara Dharma ngaran ira Bhatara Yama

Sang kumayatnaken cubhachuba prawrtti sekala janma

( Agastya Parwa 355.15 )

Artinya : Bhatara Dharma bergelar Bhatara Yama adalah pelindung keadilan yang mengamati baik buruk perbuatan manusia. Baik buruk dari itu akan memberi akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.

Penjelasan

Jadi segala baik dan buruk suatu perbuatan akan membawa akibat tidak saja di dalam hidup sekarang ini, tetapi juga setelah di akhirat kelak, yakni setelah atman dengan sukma sarira terpisah dari badan dan akan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan dating, yakni atman dengan suksma sarira memasuki badan dan wadah yang baru. Hukuman dan rahmat yang dijatuhkan oleh Sang Hyang Widhi ini bersendikan pada keadilan. Pengaruh hukum karma ini lah yang akan mempengaruhi watak manusia. Terlebih hukum kepada roh yang selalu melakukan dosa semasa penjelmaannya, maka derajatnya akan semakin bertambh merosot. Hal ini dijelaskan dalam weda sebagai berikut :

Dewanan narakan janturjantunam narakan pacuh

Pucunam narakam nrgo mrganam narakam khagah

Paksinam narakam vyalo vynam narakam damstri

Damstrinam narakam visi visinam naramarane

( Clokantara 40. 13 – 14 )

Artinya : Dewa neraka menjelma menjadi manusia. Manusia menjadi ternak. Ternak menjadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung menjadi ular dan ular neraka menjadi taring dan yang jahat menajadi bisa karena bisa dapat membahayakan manusia.

Demikian kenerakaan yang dialami oleh atman, yang selalu berbuat jahat semasa penjelmaannya di dunia. Jika penjelmaan itu telah sampai pada limit yang terhina, akibat dosa, maka ia tetap akan menjadi dasar terbawah dari kawah neraka.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

PIKIRAN YANG MENGIKAT, PIKIRAN JUGA YANG MEMBEBASKAN

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Dunia mengikat kita dengan segala pesonanya. Tanpa kita sadari semuanya membuat kita amat tergantung. Semakin kuat ketergantungan kita terhadap pesona duniawi membuat kita sulit melepaskan ikatan ini.

Jika kita renungkan ternyata semuanya berawal dari pikiran, hanya pikiranlah yg menyebabkan kita terikat pesona duniawi. Memang tidak dipungkiri semasih hidup di dunia kita membutuhkan semua hal duniawi, namun bukan berarti terikat apa lagi tergantung. Contoh kita memang butuh makan tapi bukan berarti kita harus tergantung dgn makanan tertentu saja, tapi makan lah untuk melanjutkan hidup, bukan hidup untuk makan.

Direnungkan lagi memang pikiran lah penentunya apakah kita ingin terus terikat atau bebas dari ikatan. Sebagai jalan Dharma sebaiknya bebaskan diri dari ikatan dan mengalir sepenuhnya dengan karma.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

DEVI UMA (Selayang Pandang)

$
0
0

Om Swastyastu

DEVI UMA adalah dari Sakti Deva Siva diberi nama sesuai dengan perwujudannya yang ganda, yaitu berwujud “santa” atau tenang, dan bersifat “raudra” atau “krodha”.

Ketika dalam wujud santa, sakti Deva Siva ini disebut dengan Parvati, yaitu seorang devi dengan penuh kecantikan dan kasih sayang. Selain disebut dengan Parvati, juga disebut dengan Devi Uma atau dewi Kedamaian.

Didalam kitab Purana disebutkan Devi Parvati pada penjelmaan pertamanya adalah Daksayani, yaitu putri dari Daksa dan Prasuti dan menikah dengan Siva. Karena tidak mampu memahami keagungan Siva, Daksa memakinya dan mulai membencinya. Ketika Daksa melakukan suatu upacara Yajna Agung, salah satu tamu yang tak diundang adalah Siva. Sangat bertentangan dengan saran pasangannya, Daksayani pergi ke tempat upacara tanpa diundang dan mengakhiri hidupnya dengan membakar diri dalam api yoga. Oleh sebab itu, kemudian ia dikenal dengan sebutan Sati yang tak berdosa.

Berikutnya dia terlahir kembali menjadi Parvati, putri dari Himawan dan Mena. Setelah melakukan tapa yang mendalam, dia mampu menyenangkan Siva dan membuat Siva dapat menerimanya kembali sebagai pendampingnya.
Selama Parvati melakukan pertapaan, dia menolak untuk makan dan minum, walau daun kering sekalipun. Sehingga dia memperoleh penampakan Aparna Ibunya Mena yang tidak tega menyaksikan putri kesayangannya menderita dalam melakukan tapa, dan berusaha mencegahnya dengan kata-kata “Uma, sayangku janganlah berbuat seperti ini” yang kemudian nama Uma menjadi nama lainnya.

Seperti pendamping Siva, Parvati juga memiliki dua aspek yang berbeda, yaitu aspek lemah lembut, penyayang, dan berparas cantik, serta satu aspek lain adalah aspek menakutkan dan mengerikan.

Sebagai Parvati atau Uma dia dinyatakan dengan aspek yang lemah lembut, penyayang, penuh cinta kasih. Dimana dalam aspek ini, dia selalu bersama dengan Siva. Kemudian dalam aspek ini dia memiliki dua tangan, yang kanan memegang teratai biru, dan yang kiri menggantung bebas disebelahnya. Bila dinyatakan secara mandiri (Parvati Tunggal/tanpa Siva), dia tampak dengan empat tangan, dua tangan memegang taratai merah dan biru, sedangkan dua tangan yang lain memegang Varada dan Abhaya Mudra.

Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi pemahaman dan Sraddha Bhakti kita semua. Manggalam astu.

Om Santih Santih Santih Om
Kontributor: I Wayan Sudarma –sumber

Memuja Tuhan Melalui Arca (Archanam Sarva Pujanam)

$
0
0

Om Swastyastu

Orang-orang yang kurang cerdas, sering menertawakan dan mencela umat Hindu yang memuja Tuhan melalui Arca dan menganggapnya sebagai tahayul bahkan tak jarang diberi label musryik dan menyembah berhala. Padahal kita juga sama-sama tahu bahwa tidak ada satu agama atau keyakinan apapun yang ada di dunia ini yang tidak memuja Tuhan melalui simbol; seperti menggunakan arah/kiblat, suara, cahaya, arca, bangunan, gambar, bendera/panji-panji.

Umat Hindu yang melakukan pemujaan melalui berbagai simbol atau niyasa/pratika termasuk melalui Arca-memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Ada juga bersemayam dalam simbol dihadapannya. Bagi umat Hindu arca bukanlah sekedar objek/sarana tambahan, tetapi merupakan bagian dari mekanisme batin dalam bhakti dan keyakinan.
Tentu saja semua puja yang dilakukan dengan gagasan bahwa arca tersebut hanyalah kayu/logam yang tidak bernyawa; benar-benar konyol dan amat membuang waktu. Tetapi bila hal ini dilakukan dengan penuh keyakinan bahwa arca itu hidup penuh kesadaran dan kekuatan, bahwa Tuhan Yang Maha Segalanya, berada dimana-mana (vyapi vyapaka), meresapi segala yang ada (isvara sarva bhutanam) dan mengejawantah dalam tiap keberadaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak (visva virat svarupa), dan dengan keyakinan bahwa Tuhan merupakan kenyataan batin bagi semuanya berada didalamnya, maka pemujaan arca benar-benar bermanfaat dan membangunkan kesadaran Tuhan.

Seorang “Wamana” selama bertahun-tahun tidak pergi ke tempat ibadat manapun dan ia menertawakan orang-orang yang menganggap arca sebagai simbol Ketuhanan. Ketika putrinya meninggal, pada suatu hari ia memegang fotonya sambil menangisi kehilangan tersebut. Tiba-tiba saja ia tersadarkan bahwa bila foto itu dapat menyebabkan kesedihan padanya dan membawa air mata kerinduan-maka arca itu juga dapat menimbulkan kegembiraan dan membawa air mata bhakti pada mereka yang mengerti keindahan dan kemuliaan Tuhan. Simbol-simbol itu adalah alat untuk mengingatkan bahwa Tuhan hadir dimana-mana dan dalam segala sesuatu.

Hindu yang Ajarannya sangat Logis dan paling masuk akal, tentu memiliki banyak pijakan atau dasar Sastra, mengapa pemujaan Arca tersebut menjadi sahih. Penjelasan tentang archanam atau tatacara pemujaan arca sangat jelas disebutkan dalam Srimad Bhagavatam seperti yang dinyatakan Uddhava kepada Shri Krshna;

Śrīmad Bhāgavatam 11.27.2:

“etad vadanti munayo
muhur niḥśreyasaḿ nṛṇām
nārado bhagavān vyāsa
ācāryo ‘ńgirasaḥ sutaḥ.”

Artinya:
Semua orang bijak/Rsi -Rsi mulia berulang kali menyatakan bahwa penyembahan semacam itu (archanam) membawa manfaat terbesar yang mungkin ada dalam kehidupan manusia. Inilah pendapat Nārada Muni, Vyāsadeva yang agung dan guru spiritual saya, Brhaspati (angirasah sutah).

Śrīmad Bhāgavatam 11.27.3-4:

“niḥsṛtaḿ te mukhāmbhojād
yad āha bhagavān ajaḥ
putrebhyo bhṛgu -mukhyebhyo
devyai bhagavān bhavaḥ
etad vai sarva – varṇānām
āśramāṇāḿ ca sammatam
śreyasām uttamaḿ manye
strī – śūdrāṇāḿ ca māna – da.”

Artinya:
Wahai Tuhan yang paling murah hati, pernyataan tentang proses penyembahan dalam bentuk arca ini dipancarkan dari bibir teratai Anda. Kemudian disampaikan oleh Brahmā yang hebat kepada putra-putranya yang dipimpin oleh Bhṛgu , Śiva menyampaikannya kepada saktinya, Pārvatī . Tatacara pemujaan seperti ini (archanam) diterima oleh semua lapisan masyarakat/warna dan semua tingkat kehidupan/asrama (sarwa-varnam asramanam). Oleh karena itu, saya menganggap penyembahan kepada Anda dalam bentuk arca menjadi yang paling bermanfaat dari semua praktik spiritual, bahkan untuk wanita dan pelayan.

kemudian dipertegas lagi oleh pernyataan Krishna dalam sloka berikutnya :

Śrīmad Bhāgavatam 11.27.9

“arcāyāḿ sthaṇḍile ‘gnau vā
sūrye vāpsu hṛdi dvijaḥ
dravyeṇa bhakti -yukto ‘rcet
sva – guruḿ mām amāyayā.”

Artinya:
Seseorang yang telah didwijati harus menyembah-Ku dengan sepenuh hati, mempersembahkan berbagai perlengkapan persembahan yang sesuai dalam pengabdian penuh kasih kepada bentuk KeilahianKu sebagai arca atau bentuk DiriKu yang muncul di atas tanah, di api, di bawah sinar matahari, di air atau di dalam hati pemuja itu sendiri.

Jadi dengan Simbol atau Pengarcaan umat Hindu bisa menjumpai Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga bermanfaat bagi Keluasan pemahaman kita. Dan menguatkan Sraddha-Bhakti kita di jalan Dharma. Manggalamastu.

Om Santih Santih Santih Om
I Wayan Sudarma (Jero Mangku Danu) –sumber

PANCA KOSHA

$
0
0

Om Swastiastu
Om Awignamastu

Menurut Taittiriya Upanisad ada lima lapisan tubuh yang disebut dengan istilah Panca Kosha. Adapun bagian bagiannya antara lain :

1. Annamaya Kosha – Lapisan badan yang tersusun dari energi sari-sari makanan. Terdiri dari dua sub lapisan yaitu sthula sarira dan linga sarira.

2. Pranamaya Kosha – Lapisan badan yang tersusun dari energi prana, yaitu samudera besar energi pembentuk kehidupan yang ada di semua penjuru alam Semesta. Lapisan ini terkait jejaring energy prana, terdapat hal dasar yg perlu dijelaskan terlebih dahulu yg terdiri dari: Nadi, Cakra, Granthi dan Kundalini.

3. Manomaya Kosha – Lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran biasa. Terdiri dari dua sub lapisan, yaitu “Sukhma Sarira dan Karana Sarira”.

4. Vijnanamaya Kosha – Lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang halus dan sadar.

5. Anandamaya Kosha – lapisan badan yang tersusun dari energi alam semesta yang transenden.

Demikianlah sekilas pengetahuan tentang Panca Kosha, semoga bermanfaat. Rahayu.

Om Santih Santih Santih Om –sumber

Viewing all 668 articles
Browse latest View live